K2 Think: Model Ai Uni Emirat Arab Yang Guncang Dominasi As Dan China

Sedang Trending 23 jam yang lalu

Telset.id – Bayangkan jika sebuah model kepintaran buatan dengan hanya 32 miliar parameter bisa mengungguli model raksasa seperti ChatGPT dan DeepSeek nan mempunyai parameter 20 kali lebih besar. Itulah nan baru saja diumumkan oleh Uni Emirat Arab melalui Institute of Foundation Models dengan peluncuran K2 Think – model open source nan siap mengubah peta persaingan dunia AI.

Dalam bumi AI, parameter sering dianggap sebagai ukuran kekuatan. Semakin banyak parameter, semakin pandai modelnya. Tapi K2 Think membalikkan logika itu. Dengan efisiensi nan luar biasa, model ini tidak hanya bersaing dengan model besar tetapi apalagi mengungguli mereka dalam tes penalaran standar. Lalu, gimana mungkin negara nan lebih dikenal dengan persediaan minyaknya bisa tiba-tiba muncul sebagai penantang serius dalam perlombaan AI global?

 AP - Presentasi Model AI K2 Think di Uni Emirat Arab

K2 Think dirilis pada Selasa, 9 September 2025, dan langsung membikin gelombang di organisasi AI internasional. Menurut Institute of Foundation Models (IFM), lab AI Emirat nan berada di kembali pengembangan model ini, K2 Think unggul dalam beragam benchmark standar nan biasa digunakan untuk mengukur keahlian model AI. nan lebih mengejutkan lagi, klaim mereka menyatakan bahwa model ini memimpin “semua model open source dalam performa matematika” – area nan selama ini didominasi oleh model-model besar seperti DeepSeek V3.

Strategi nan digunakan oleh lab Emirat ini sebenarnya tidak sepenuhnya baru. Mereka mengangkat pendekatan serupa dengan nan dilakukan DeepSeek awal tahun ini – menawarkan efisiensi komputasi nan optimal dengan biaya lebih rendah namun dengan keahlian nan setara alias apalagi lebih baik. Tapi nan membedakan adalah komitmen transparansi mereka. IFM tidak hanya open source modelnya, tetapi seluruh proses pengembangan, termasuk kode pelatihan, dataset, dan checkpoint model.

Efisiensi nan Mengubah Permainan

Mari kita lihat angka-angkanya. DeepSeek R1 mempunyai 671 miliar parameter (dengan 37 miliar aktif), sementara model terbaru Meta Llama 4 berkisar dari 17 hingga 288 miliar parameter aktif. OpenAI apalagi tidak membagikan jumlah parameter model mereka. Di tengah perlombaan parameter ini, K2 Think datang dengan hanya 32 miliar parameter namun menyatakan keahlian nan setara apalagi lebih unggul dalam penalaran.

Peng Xiao, personil majelis Abu Dhabi’s AI and Advanced Technology Council dan CEO G42 (perusahaan nan ikut meluncurkan K2 Think), menyatakan bahwa pencapaian ini menandai dimulainya gelombang penemuan AI berikutnya. “Dengan membuktikan bahwa model nan lebih mini dan lebih efisien sumber dayanya dapat menyaingi sistem penalaran terbesar, pencapaian ini membuka babak baru dalam penemuan AI,” ujarnya dalam siaran pers.

G42 sendiri bukan nama asing di bumi AI global. Perusahaan ini sebelumnya membikin headlines lantaran kesepakatan pusat info senilai miliaran dolar dengan pemerintahan Trump awal tahun ini – kesepakatan nan kemudian menghadapi beragam kekhawatiran keamanan nasional. Kini, dengan K2 Think, mereka kembali menunjukkan ambisi besar di kancah AI global.

Ambisi Besar Uni Emirat Arab di AI

Peluncuran K2 Think bukanlah kejadian terisolasi. Uni Emirat Arab serius dengan investasi AI mereka. Antara Juni 2023 dan Juni 2024 saja, negara ini mencatat 672 perusahaan AI baru – menjadikannya kluster AI dengan pertumbuhan tercepat di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Lab di kembali K2 Think didirikan oleh Mohamed bin Zayed University of Artificial Intelligence nan berkantor pusat di Abu Dhabi dengan dua pusat penelitian di Silicon Valley dan Paris. Universitas ini didirikan beberapa tahun lampau sebagai bagian dari strategi overhaul AI pemerintah Emirat nan disebut Artificial Intelligence 2031. Presiden universitasnya adalah peneliti Amerika kelahiran China, Dr. Eric Xing.

Investasi Emirat di AI juga telah menguntungkan perusahaan-perusahaan Amerika. Dana AI negara Abu Dhabi MGX, nan diketuai oleh penasihat keamanan nasional UAE, adalah mitra pendiri Project Stargate Trump. Dana ini sebelumnya juga berinvestasi di OpenAI. Trump apalagi mengumumkan pada Mei bahwa Abu Dhabi dan Washington berkolaborasi untuk menciptakan kluster pusat info AI terbesar di luar AS – dibangun dan dioperasikan oleh G42 dengan support Nvidia, OpenAI, Cisco, Oracle, dan Softbank Jepang.

Namun, seperti nan terjadi dengan persetujuan Grok xAI oleh pemerintah AS, kesepakatan ini juga menghadapi pengawasan regulator AS mengenai kekhawatiran keamanan, terutama mengenai hubungan UAE dengan China. Perusahaan teknologi dan AI China seperti Huawei dan Alibaba telah memperluas pengaruh mereka di UAE dan Timur Tengah secara keseluruhan.

AI sebagai Pengganti Minyak di Timur Tengah

Taruhan besar Emirat pada AI didorong oleh kemauan untuk mendiversifikasi investasi dan mengurangi ketergantungan ekonomi pada bahan bakar fosil seperti minyak dan gas. Tren ini juga terlihat di bumi Arab lainnya, khususnya di negara-negara Teluk nan kaya minyak.

Arab Saudi menciptakan biaya investasi AI senilai $100 miliar tahun lampau sebagai bagian dari upaya mendiversifikasi ekonomi nan berjuntai pada minyak pada 2030. Saudi Arabian DataVolt apalagi berencana menginvestasikan $20 miliar di pusat info AI dan prasarana daya di Amerika Serikat. Di tempat lain di Teluk, Qatar Investment Authority menjadi penanammodal signifikan dalam perusahaan AI Amerika Anthropic dalam putaran pendanaan $13 miliar pekan lalu.

Persaingan ini menunjukkan bahwa semakin banyak negara nan mau berasosiasi dalam pertempuran untuk kekuasaan AI dunia nan saat ini didominasi oleh perusahaan Amerika dan China. Di Asia, Singapura muncul sebagai kekuatan nan berkembang dengan pengawasan izin nan ramah AI nan telah memicu peluncuran hub penemuan AI dari raksasa teknologi seperti Microsoft. Di Eropa, Prancis melakukan langkah besar di AI dengan startup Mistral nan baru saja mengamankan investasi $1,5 miliar dari kreator semikonduktor Belanda ASML.

Lalu gimana dengan masa depan K2 Think? Menurut laporan WIRED, rencana jangka panjang adalah mengintegrasikan K2 Think ke dalam LLM penuh dalam beberapa bulan mendatang. Ini bisa menjadi game changer nan sebenarnya – model nan efisien dengan keahlian setara model besar, tersedia secara open source, dan dikembangkan dengan transparansi penuh.

Dalam bumi di mana isu etika dan transparansi AI semakin mengemuka, pendekatan IFM mungkin justru menjadi kunci kesuksesan mereka. Ketika perusahaan lain berjuang dengan masalah kewenangan cipta dan kekhawatiran transparansi, model nan sepenuhnya open source dengan proses pengembangan nan terbuka bisa menjadi daya tarik utama bagi peneliti dan developer di seluruh dunia.

Jadi, apakah K2 Think betul-betul bisa mengganggu kekuasaan AS dan China di AI? Jawabannya mungkin terletak pada apakah organisasi dunia bakal mengangkat model ini secara luas. Tapi satu perihal nan pasti: perlombaan AI dunia baru saja mendapatkan pemain baru nan serius, dan kali ini datang dari tempat nan mungkin tidak Anda duga.

Selengkapnya